Jangan Pegang-Pegang


Belum tahu mau belanja apa, tapi aku tetap berangkat ke pasar, suatu Ahad pagi. Seperti biasa aku paling hanya akan belanja sedikit bahan sayur untuk mengisi kulkas. Tentu dengan harapan aku sempat memasaknya. 

Selain lokasi pasar yang hanya 5 menit aku tempuh dengan motor, ke pasar aku mendapatkan kenikmatan tersendiri. Melihat orang-orang semangat mengais rezeki. Apalagi bila melihat embah-embah yang menunggui dagangannya. Jadi teringat semboyan orang lanjut usia. Mereka mencari uang bukan lantaran anak cucunya tidak menafkahi, tetapi lebih pada keinginan kuat untuk bergerak agar badan tetap sehat.

Setelah aku parkirkan motor, aku memasuki pintu belakang Pasar Karanglewas. Mataku tertuju pada tumpukan bulat-bulat hijau, buah sukun. Sedikit aku pegang dan bertanya berapa, kata penjual per biji 12 ribu. Saya berpikir sejenak kemudian berlalu, "Nanti saja, Bu." Namun, apa jawaban dari penjual? "Piye, 5 ribu?" Terdengar sinis membuat saya kaget dan ucapan itu terus terngiang. Apa salahku, apa tidak boleh sekadar bertanya? Bahkan nawar pun aku tidak terucap. Aku pikir karena memang belum ada niat beli dan sukun-sukun itu tampak masih muda. Aku tersinggung, tetapi aku hanya diam melanjutkan langkah tanpa berminat melihat lagi wajah penjual sukun itu.

Aku teringat kata suami, dulu saat menemani jalan-jalan, "Kalau tidak pingin beli ga usah pegang-pegang!" Ada benarnya. Meskipun sebenarnya salah satu kewajiban penjual adalah melayani calon pembeli dengan sopan. 

Purwokerto, 27 Januari 2025

Posting Komentar