Sejak tahun 2000 saya bergabung di Al Irsyad Purwokerto. Tentulah tidak terhitung kenangan yang saya dapatkan. Serasa begitu banyak yang ingin saya bagikan di sini. Namun, terkadang saya merasa kehabisan cerita karena sudah saya bagikan semua. Saya sudah menuliskan aneka kenangan manis dan pahit dalam buku-buku yang sudah saya terbitkan. Entah ada yang membaca atau tidak, itu bukan masalah. Hanya sedikit saya titipkan harapan, semoga buku-buku saya menemui takdir yang baik. Setidaknya ibarat orang jatuh cinta, ada perasaan lega karena saya sudah menumpahkan isi hati. Andaikan cinta itu tidak terbalas, ikhlas dan rida saja.
Ya, hal ini karena satu manfaat menulis adalah sebagai sarana untuk self expression. Dengan menulis kita bisa mengekspresikan perasaan, pikiran, dan keinginan, termasuk mengeluarkan uneg-uneg juga gagasan. Supaya perasaan dan pikiran kita tidak terpendam, sebaiknya diekspresikan dan salah satunya melalui tulisan.
Apa yang sudah saya peroleh selama 24 tahun 9 bulan ini (per September 2024)? Secara materi, tak terhitung tentunya asal bijak mensyukuri. Bahkan bekal keagamaan untuk urusan akhirat, tidak kurang-kurang diberikan. Sebaliknya, apa yang saya berikan untuk Al Irsyad? Saya jadi ingat pesan dagsyat dari John Kennedy, “Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu.”
Ya, apa yang sudah diberikan oleh para SDM untuk Al Irsyad? Tentu saja semua telah mempersembahkan yang terbaik seluruh tenaga, pikiran, dan kesempatan. Bahkan, meleknya mata kita di sekolah lebih lama dibanding bersama keluarga. Tidak jarang, sering malah, waktu di rumah pun masih mengurusi sekolah, dari membalas WA siswa, ortu, juga memantau ibadah siswa, seperti amalan subuh, tadarus, atau lainnya. Belum lagi menyempatkan home visit sepulang sekolah atau pada hari Ahad. Bahkan, tidak sedikit pekerjaan yang memaksa dilanjutkan di rumah karena kurangnya waktu di sekolah.
Apa yang sudah saya berikan tentulah tidak terlepas dari kemudahan-kemudahn juga kesempatan yang diberikan Al Irsyad, terutama pihak manajemen sekolah. Baik sebelum menjadi manajemen, saat menjadi menejemen, maupun saat saya kembali menjadi guru.
Siapa pun mempunyai gagasan di kepala, tetapi bisa jadi tidak semua berkesampatan untuk mengimplementasikan dalam kegiatan di sekolah. Mungkin tidak sempat menyampaikan, atau tidak sempat diizinkan, apalagi dilaksanakan. Tidak jarang ide-ide berseliweran di kepala, kadang gemes bila tidak disalurkan. Nah, di sinilah SDM kadang berkesempatan untuk melaksanakan, kadang juga tidak. Dan bersyukur Alhamdulillah, banyak jalur yang diberikan untuk SDM bisa menyampaikan gagasannya, misalnya dalam rapat SDM, KKG mapel, forum kepanitiaan, bahkan secara langsung kepada manajemen sekolah. Yang jelas bisa dilakukan oleh semua guru adalah keleluasaan mengelola kelas, baik sebagai guru, pembimbing kegiatan, maupun sebagai wali kelas. Saya berprinsip selama itu baik dan tidak dilarang maka saya jalankan.
Sering saya menyampaikan ide dan gagasan. Alhamdulillah diterima, tidak semua tentunya. Salah satu contoh adalah panggung berani, sekitar tahun 2006. Dulu siswa hanya tampil sekilas di halaman sekolah pagi hari. Dengan konsep sederhana, empat meja siswa ditata dan yang tampil naik di sana. Kadang pidato bahasa Indonesia, speech, pembacaan puisi, atau yang lainnya. Siapa penontonnya? Lalu lalang siswa dan guru yang berdatangan. Mereka lewat dan persis seperti melihat penampilan pengamen, kan? Justru di sini yang dicari. Seberapa penampil sanggup menarik perhatian penonton. Mereka dilirik atau justru dicuekin. Kegiatan ini terjadwal, setiap kelas bergantian maju dalam waktu singkat pukul 06.50 sampai 07.00.
Alhamdulillah sampai sekarang Panggung Berani masih dirawat dan dikemas dengan durasi penampilan yang lebih lama. Kegiatan ini dijadikan agenda tetap per level setiap Senin pagi secara bergiliran dengan agenda upacara, literasi, dan pembiasaan bahasa Arab. Misalnya level 7 kegiatan literasi di kelas, level 8 Panggung Berani di aula lantai 3 dan aula lantai 1, serta kelas 9 pembiasaan bahasa Arab atau apel pagi di halaman sekolah. Untuk upacara bendera hari Senin biasanya serempak 3 level sebulan sekali. Dalam sehari, biasanya dua kelas yang tampil di Panggung Berani, kelas putra dan putri terpisah. Reward juga tersedia untuk peserta terbaik.
Satu hal lainnya yang sangat saya syukuri adalah kegiatan literasi sekolah. Sekolah telah memberikan kesempatan luar biasa kepada saya untuk berliterasi dan menggerakkan literasi. Dari mulai ikut berlatih menulis sampai menebarkan virus menulis kepada siswa, guru karyawan, juga wali murid dan alumni. Tahun 2019, tepat setahun setelah saya mengikuti pelatihan perdana menulis buku bersama Media Guru. Sekolah mengiyakan dan mendukung niatan saya untuk mengajak warga sekolah menulis buku. Sampai akhirnya setahun kemudian sekolah pun menerbitkan 41 buku untuk 41 tahun SMP Al Irsyad. Alhamdulillah sampai sekarang, semangat menulis terus menampakkan perkembangan yang positif.
Melihat hajatan tahun 2019 itu, salah satu teman saya dari sekolah lain menyampaikan rasa heran dan salutnya atas dukungan yang SMP Al Irsyad berikan. Mengingat tahun itu belum banyak sekolah yang menerbitkan buku karya siswa dan gurunya. SMP Al Irsyad telah mempelopori. Ia membandingkan dengan sekolah tempat ia bekerja. Ia memiliki ide seputar kepenulisan dan penerbitan buku, tetapi dukungan tidak ia dapatkan, apalagi anggaran sekolah.
Untuk urusan silaturahmi, ini sangat menarik. Selama saya menjadi SDM Al Irsyad, saya mendapatkan banyak kesempatan menjalin silaturahmi dengan para siswa dan orang tuanya. Terlebih dengan program home visit, ini sangat mendekatkan hubungan antara orang tua dengan wali kelas. Kominikasi dan kerja sama akan makin kuat dalam mendampingi perkembangan siswa.
Selain itu, para SDM juga mendapatkan relasi di luar lingkungan sekolah, salah satunya melalui kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) atau dalam kesempatan mengikuti pelatihan. Sebaliknya, saya sebagai guru lama atau guru tua telah memberikan kesempatan para alumnus untuk bersilaturahmi dengan sekolah. Maksud saya begini, bahwa sudah menjadi hal yang lumrah sekolah swasta itu gurunya keluar masuk. Karena itulah, salah satu alumnus pernah berpesan kepada saya, “Ustazah, sebaiknya tidak semua guru dirolling ke unit lain. Harus ada guru lama yang menetap. Supaya alumni yang ke sekolah masih bisa menjumai gurunya dulu.”
Benar juga, ya? Bila alumni ke sekolah untuk urusan legalisasi ijazah, keperluan lain, atau akan menyekolahkan anaknya, mereka pasti akan menanyakan guru lama yang masih ada.
Hampir 25 tahun saya bersama SMP Al Irsyad. Alumni yang lulus pada awal-awal saya menjadi guru, sudah banyak yang berkeluarga. Alhamdulillah silaturahmi masih terjalin. Apalagi saya bergabung di SMP Al Irsyad bertepatan dengan tahun pertama dibuka kelas program full day school. Bahkan, saya langsung menjadi wali kelas putri, tepatnya angkatan 2000/2001. Saat itu berlaku dua kurikulum sekolah. Dua angkatan yaitu kelas 2 dan 3 (sekarang kelas 8 dan 9) menggunakan kurikulum biasa atau regular dengan jam kepulangan 13.30. Kelas 1 (atau kelas 7) menggunakan kurikulum full day school dengan jam sekolah pagi sampai shalat asar.
(bersama keluarga dokter Yudha)
Qadarullah, saat puncak acara Milad ke-110 Al Irsyad Al Islamiyyah tahun 2024 ini, ada sesuatu yang menyejukkan hati. Tepatnya hari Sabtu lalu tanggal 7 September 2024. Bermula dari acara jalan sehat. Di lobi sekolah saat persiapan start jalan sehat, dari gerbang masuk SMP saya melihat keluarga kecil mendekat ke arah lobi. Ada seorang ayah, ibu, dan anak kecilnya dari PAUD Al Irsyad. Mereka mau berkumpul dengan rombongan TK - PAUD. Setelah mendekat, ternyata dokter Satria Yudha. Alumnus SMP Al Irsyad angkatan pertama kurikulum full day school. Kami tidak sempat ngobrol, tetapi pertemuan itu sudah mengabarkan sesuatu yang menggembirakan. Hal ini sangat saya rasakan sebagai guru yang pernah mengajarnya.
Siang harinya, di depan panggung utama, saya sedang berteduh di stan permainan tradisional, permainan congklak. Ada seorang wali murid yang mendekat, mengucapkan salam, dan mencium tangan saya. Rupanya alumnus juga. Bunda yang satu ini sedang mencari anak-anaknya yang tersebar di pos-pos permainan tradisional. Dialah Dhien Setiani seorang apoteker dan pemilik Apotek Wijaya, Grendeng. Ia angkatan kedua, adik kelas dari dokter Satria.
(bersama Dhien Setiani)
Dhien Setiani dengan panggilan akrabnya Iin, seorang ibu dari 5 anak yang semua bersekolah di PAUD, TK, dan SD Al Irsyad. Bahkan, kedua anaknya sudah menjadi hafiz hafizah. Mengapa ia kembali ke perguruan Al Irsyad, mempercayakan pendidikan anak-anaknya di Al Irsyad? Ketika saya tanyakan hal itu, seperti ini jawabannya. “Sebagai orang tua yang dahulu pernah menimba ilmu di SMP Al Irsyad Purwokerto, saya tidak ingin salah pilih dalam memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak kami sebagaimana keberhasilan SMP Al Irsyad yang telah memberikan pendidikan terbaik untuk kehidupan kami. Saya yakin dan percaya Al Irsyad sekolah terbaik sebagai jalan menuju syurga.”
Yang utama adalah adanya kesamaan visi secara umum. Tidak sedikit orang tua menjadi pelanggan Al Irsyad dengan menitipkan putra putrinya di Al Irsyad secara berkelanjutan. Bulatnya keyakinan didukung kuatnya finansial, ini sangat menentukan.
Dokter Satria dan Bunda Iin kembali ke Al Irsyad untuk menyekolahkan anak-anaknya di Al Irsyad. Ternyata bukan hanya mereka yang kembali ke Al Irsyad. Namun, sederet alumni ini kembali ke Al Irsyad turut berjuang di dunia Pendidikan. Mereka mengabdikan dirinya untuk mendidik dan mengajar. Di SD Al Irsyad 01 ada Ustaz Azzam. Di Al Irsyad Al Islamiyyah Boarding School (AABS) ada Ustazah Nisa, Ustaz Ahmad, Ustaz Bachtiar, Ustazah Azmi, Ustazah Fitria Khoirunnisa, dan Ustaz Aldy. Adapun di SMA IT Al Irsyad ada Ustaz Sofyan, Ustazah Diskha, dan Ustaz Veno. Selain mereka, ada juga alumni SMP Al Irsyad angkatan sebelumnya, juga alumni SD dan SMAIT Al Irsyad. Pada intinya mereka kembali ke Al Irsyad. Adapun penempatan tugasnya menjadi kewenangan Yayasan, unit PAUD-TK sampai AABS total 8 unit sekolah.
Ini pertanda apa? 1)Mereka memiliki rasa terima kasih dan penghargaan kepada sekolah yang pernah menjadi bagian dari perkembangan mereka. Mereka ingin berkontribusi pada adik-adik angkatannya dengan memberikan ilmu yang mereka miliki. 2) Ada rasa kebanggaan terhadap Al Irsyad karena telah memberikan dampak positif dalam hidup mereka dan mereka bangga menjadi bagian lagi dari Al Irsyad. 3) Adanya ikatan emosional sehingga ingin kembali untuk menjadi bagian dari sejarah dan pertumbuhannya. 4) Mereka mendapatkan lingkungan yang familiar sehingga tertarik untuk kembali dan bekerja di Al Irsyad.
Sudah bisa dibayangkan, mereka pun akan memberikan pendidikan bagi anak-anak kandung mereka di Al Irsyad. Seperti halnya dokter Satria dan Bunda Iin tadi. Ini menunjukkan adanya siklus positif.
Alhamdulillah, jazakumullah khoiron katsiron. Terima kasih atas kepercayaan kalian. Semoga Allah memudahkan upaya kita.*
Purwokerto, 2 Oktober 2024
Sumintarsih, M.Pd. Kelahiran Wates, Kulon Progo, DIY, ini mengajar sejak tahun 2000 di SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto. Karya-karyanya berupa 7 buku solo dan 41 buku antologi. Buku-buku solonya berjudul: Perjalanan Menuju Sekolah Unggulan (profil SMP Al Irsyad, 2018), Ada Bioskop di Sekolah (memoir, 2018), Awas Ada Macan (cerita untuk anak, 2019), Kado Istimewa untuk Remaja (artikel untuk remaja, 2019), Anakku Investasi Masa Depanku (Sehimpun tulisan tentang parenting, 2022), Bergerak dan Menggerakkan, Sepak Terjang Literasi Seorang Guru (2023), serta Rumah Terakhir (kumpulan cerpen, 2024). Penulis tercatat sebagai anggota dan pengurus komunitas penulis RVL (Rumah Virus iterasi), bisa dihubungi di IG: sumintarsih_24


mantap
BalasHapusNuwun Bu....
HapusBenar, tampilan baru. Tulisannya juga renyah
BalasHapusMatur nuwun Pak....
Hapus