Siswa Sukses Meresensi Buku


Seperti halnya tahun lalu, meresensi buku menjadi salah satu kegiatan siswa kelas 7 dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan rangkaian kegiatan siswa memilih buku fiksi kemudian membaca dan membuat rangkuman berupa peta pikiran. Selanjutnya, siswa menulis teks tanggapan dan ditutup dengan presentasi hasil resensi bukunya. Tidak ketinggalan siswa menyimak teman lain yang sedang presentasi di depan kelas.
(peta pikiran rangkuman buku)

Satu materi pelajaran ini, siswa lengkap melakukan 4 praktik bahasa, yaitu membaca, menulis, berbicara, dan mendengar. Hal ini dilakukan dengan penuh perjuangan mengingat belum semua siswa memiliki hobi membaca buku, bahkan harus merampungkan 1 buku. Namun demikian, pilihan mereka jatuh pada novel-novel kekinian dengan rata-rata tema keluarga, petualangan, detektif, bahkan horor. Beberapa buku yang laris diresensi baik di kelas putri maupun putra di antaranya _Rumah untuk Alie, Laut sebelum Pasang, Faniculi Fanicula, Kelas E,_ dan _Badan Intelijen Sekolah._ Meski sederhana, resensi mereka lengkap sampai rekomendasi untuk pembaca. "Buku ini saya rekomendasikan untuk remaja yang ingin menangis karena sedang punya masalah," ucap Lila siswa 7A. _(Loh....!)_

Sukses menanggapi buku fiksi, siswa melanjutkan meresensi buku nonfiksi. Hal ini menjadi pengalaman yang sangat baru mengingat genre nonfiksi jarang mereka lirik. Untuk kali ini, mau tidak mau mereka meminjam buku di perpustakaan. Berbeda dengan buku fiksi yang sangat mudah mereka beli sendiri. 

Saya tersenyum geli melihat mereka memegang buku-buku yang selama ini hanya diam terpajang di rak-rak buku, seperti biografi pahlawan dan para nabi, tips public speaking, dan motivasi diri. Untuk yang buku nonfiksi ini, mereka hanya membaca dan membuat teks tanggapan, tidak ada tugas presentasi.

Alhamdulillah dan sangat melegakan melihat semangat dan antusias para siswa. Terlebih setelah membaca refleksi mereka. Kebanyakan mengaku bahwa keinginan membaca buku mulai tumbuh sejak tugas meresensi buku. Bahkan sebagian menyampaikan justru termotivasi untuk membaca buku-buku nonfiksi.
Tantangan ini kami padukan dengan laporan literasi siswa berupa menulis catatan kecil di kertas warna-warni setiap mereka mengkhatamkan membaca satu buku. Kertas itu dipajang pada papan literasi di kelas. Setelah 5 buku, catatan dipindah di selembar HVS, bukti siswa menuntaskan 1 putaran membaca 5 judul. Lima buku ini kami batasi tidak boleh fiksi semua. Mereka harus membaca minimal 1 buku nonfiksi dan hanya boleh 1 komik. Alhasil, walaupun kami sampaikan minimal 5 buku, semangat berkompetisi sangat kental. Bahkan, sudah beberapa siswa  mencapai 5 putaran alias 25 buku dalam 1 semester, bahkan ada yang lebih. Di kelas putra juga ada. 
Mumpung mereka masih kelas 7 dan Alhamdulillah Allah memudahkan kami membentuk mereka. Setidaknya mengenalkan dan mengajak mereka untuk membaca buku. Semoga membudaya.

Purwokerto, 27 November 2024

Posting Komentar