Jumat kemarin adalah hari pertama pembagian rapor kepada orang tua siswa. Dari 24 siswa kelas 7G, pengambilan dibagi dalam 2 hari, yaitu Jumat dan Sabtu. Kebahagiaan saat rapotan, hari itu ada sedikit yang mengganjal. Hal ini karena saya harus melepas satu siswa untuk pindah keluar kota.
Ya, aslinya ke-24 anak itu juga saya lepas semua karena mereka naik kelas 8. Namun, anak pertama dari dua bersaudara ini lepas dari SMP Al Irsyad lantaran mengikuti pindah kerja bundanya ke Ambarawa. Menurut rencana, ayahnya yang dinas di kepolisian Sruweng, Kabupaten Kebumen juga akan mengajukan pindah.
Sambil menunggu Ustaz Tio, TU level 7, menyelesaikan administrasi kepindahan Satria, kami mengobrol disaksikan Ustaz Anhar, asisten walas 7G. “Satria sudah cocok di SMP Al Irsyad, Ustazah. Kami selaku orang tua juga sudah nyaman menitipkan anak di sini,” kata bundanya. Diangkat menjadi ASN adalah impian semua orang, tetapi ditugaskan di luar kota, ini merupakan ujian bagi keluarga ini.
Belum lama Bunda Satria pindah tugas sebagai perawat dari RS Margono ke Ambarawa, Satria dan adiknya istirahat di RS lantaran demam berdarah. Ibu mana yang bisa nyaman bekerja di kota lain melihat dua sekaligus buah hatinya rawat inap. Ya, menurut saya anak ditinggal kerja ortunya keluar kota adalah hal yang biasa dialami beberapa siswa. Kalau bukan ayah, bundanya yang di luar kota. Memang kebanyakan ayah yang bekerja di luar kota.
Permasalahannya, sekolah Satria jauh dari rumahnya, yaitu Perumahan Karen Indah Sokaraja. Selain itu, ayahnya dinas di Kabupaten Kebumen. Urusan sarapan dan penjemputan saja sudah terbayang repotnya. Walau awalnya Satria mengaku sanggup mengurus sendiri dia dan adiknya. Jadi mereka akan membentuk garis segitiga, pikiran bercabang, Purwokerto, Kebumen, Ambarawa. Berat memang.
Kalau dipikir-pikir, skenario Allah memang indah. Semester dua ini Satria sibuk di berbagai kegiatan. Dari ikut lomba baris tingkat kabupaten, menjadi pemimpin upacara pembukaan Jambore Pramuka Muslim, komandan pembawa obor Dasa Darma, bahkan menjadi juri PBB dalam Jambore tersebut. Ibarat karier Satria sedang bersinar. Ditambah Satria opname sampai perwakilan komite kelas dan teman-teman menengok ke rumah. Seakan alam hendak memberikan kenangan mendalam sebelum Satria meninggalkan Purwokerto.
Saya hanya bisa mendukung dan mendoakan untuk Satria dan keluarganya. Satria anak yang sopan, mandiri, dan tanggung jawab. Apalagi, hasil gemblengan di Pasus dan Paskibra. Insyaallah dia mudah memasuki mmlingkungan baru. Tidak masalah memulai dari 0, Satria bisa berlari cepat. Satria, warnai lingkungan barumu dengan kebaikan yang telah diperoleh di SMP Al Irsyad. Semangat dan sukses selalu untuk Satria. Saya bangga pernah mempunyai murid Satria di 7G.*
Purwokerto, 22 Juni 2024


Posting Komentar